“Viora, semakin jauh saja diriku
denganmu”.
Begitulah aku
merasa pesimis di bawah pohon mangga di halaman rumah. tapi anehnya cinta tak
pernah padam. Setiap kali aku melihat wajahnya ada semacam Ego untuk memiliki,
ada semacam energi yang menarik diriku untuk selalu dapat dekat dengan Viora.
Ingin aku selalu mendengar kabarnya. Dan rasanya jantungku tidak berfungsi
lagi, hidupku rasanya berakhir..
Di satu sisi aku merindukan senyuman
Viora yang seindah namanya, di sisi lain juga ada rasa benci dengan senyuman
itu. Apa lagi ketika senyuman itu muncul ketika cinta bertepuk
sebelah tangan. aku bukan benci kepada subjek Viora, tetapi aku benci dengan
nasib yang begitu pandai memutar balikkan keinginan. Mengapa nasib itu mesti
menjadikan aku permainan.
Tapi catat, aku bukanlah seorang yang
mudah menyerah. Sebagai seorang manusia yang darahnya di aliri molekul Gen
pejuang dari kakekku. Aku akan berjuang untuk menjujurkan hati. Agar Viora
dapat sadar bahwa akulah energi/jiwa yang serasi dengannya. Begitu juga ketika
aku mendapatkan majalah remaja bekas di rumah makan bibi. Secara Astrologi,
bintang Aries sangat cocok dengan Leo. Keduanya sama-sama setia. Tapi curigaku
ramalan itu berdasarkan bintang yang ada di gedung disko di kota sana, dan
kenyataan tidak selalu benar. Biarlah, yang jelasnya, aku membesarkan hati.
Hanya tinggal menghitung hari saja. macam judul lagu itu. Menghitung hari,
indah pada waktunya atau malah semakin sakit hati. Tak tahulah.
Mulai saat inilah aku berusaha
memantaskan diri. dan aku mulai meneliti. Mengapa aku di tolak.? Dan berbagai
teori tentang manusia pun bermunculan di kepalaku. Yang berujung pada sebuah
pertanyaan. Apakah manusia itu? Atau dalam bahasa Shopocles, Ti Antrophos estin
?. aku mulai berfilsafat. Dan berfilsafat pada saat gagal cinta itu memiliki
rasa yang unik. Macam kita minum Sarabba sama sanggara ( pisang goreng )
di warung yang sedang di hujani air yang lebat. Nyamanna ( ekspresi nikmat
versi orang Makassar).
Aku mulai berpikir, mengapa aku di
tolak secara biologi. Aku menuju ke perpustakaan kota. Dan aku menuju pada
lemari buku Biologi. Dan kesimpulannya. Tertulis dalam beberapa lembaran yang
begitu pahit. Seperti ini nyatanya. Mengapa aku memilih Biologi. Ini karena
Viora menyukai mata pelajaran Biologi. Bisa saja Biologi adalah sosok yang
bertanggung jawab di balik alasan penolakan Viora terhadapku.
Pertama, Aku adalah organisma yang
tidak dapat terpisah dari alam, manusia berproses hidup berdasarkan sel yang di
atur oleh DNA yang banyak menentukan sekali sifat dan perilaku manusia.
“apakah aku dan Viora secara DNA memang
sudah tidak cocok?. Ini harus di buktikan lewat tes darah. Tapi apakah Viora
mau mengikuti sakit gilaku karena gagal cinta. Saya rasa itu tidak mungkin.”
Kedua, dari sejarah bumi, manusia
diperkirakan hadir baru beberapa juta tahun yang lalu sebagai hasil kerja
seleksi alami pada berbagai organisma yang telah hidup terlebih dahulu. Dan
ternyata manusia merupakan organisma yang dapat beradaptasi dengan baik
terhadap alam dan ternyata berkembang menjadi organisma yang memiliki peradaban
dan kebudayaan.
“ apakah Viora menolakku karena, aku
adalah hasil produk gagal seleksi alam, atau pada saat aku berproses sebelum
lahir, aku hanya sebutir sperma yang beruntung, karena sperma yang seharusnya
dapat mencapai sel telur, malah bocor ban di tengah jalan atau kehabisan
bensin, atau berjuta sperma yang lain kesasar atau malah memang mereka telah
mengadakan konspirasi untuk tidak ingin menjadi manusia, karena sadar nantinya
kehidupan akan begitu menyiksa atau mereka sudah menebak akan jadi seperti
saya, yang gagal dalam percintaan. Jadilah aku sebagai Sperma polos hasil
konspirasi sperma lain yang tidak tahu apa-apa, lalu masuk kedalam gedung sel
Telur dan terproses di sana, tanpa tahu menahu, “eh sim salabim” jadi seperti
sekarang. Jadi mantan Sperma yang gagal cinta.”
Ketiga, seleksi alam pada saat ini
masih bekerja terhadap manusia seperti misalnya adaptasi daya ikat butir darah
merah terhadap oksigen sebanding dengan ketinggian tempat tinggal. Semakin
tinggi anda berpijak, maka darah anda semakin berpeluang untuk membeku.
“ lalu apakah ini juga berlaku untuk
orang yang sedang gagal bercinta. Apakah darahku juga akan membeku, karena
rasanya beban berat yang kualami seperti sedang berdiri di ujung Himalaya tanpa
memakai sehelai benag pun. Ah, gagal bercinta semakin
membuatku pandai bepuitis. Ini salah satu efek buruk dari gagal bercinta, puisi
yang di hasilkan akan selalu bernada galau dan penuh kepasrahan. Ini semacam
respon gagal cinta yang memang sudah otomatis muncul. Yang biasanya tidak
pandai merakit kata-kata indah. Tanpa ada angin, aku lalu begitu pandai
melukiskan keindahan alam lewat kata-kata. Tapi kata Aristoteles “manusia
memang adalah peniru alam yang ulung”. Tapi bagiku. Peniru alam yang paling
ulung adalah orang yang lagi gagal dalam percintaan. Malah ada yang ekstrim
ingin menyatu dengan alam.”
Ke empat, sel syaraf hewan dan manusia
pada dasarnya mempunyai cara kerja yang sama yang menyangkut ke luar masuknya
berbagai ion dari sel tersebut. perilaku manusia sudah barang tentu jauh lebih
kompleks dari pada hewan meskipun keduanya tergantung langsung dari system
syaraf yang di milikinya.
“ tapi mengapa ayam bangkok bernama
Bassank, di pekarangan rumah, setiap hari kawin dengan berganti-ganti ayam
betina, dan tidak pernah di tolak. Begitu ayam bangkok itu menggombal dengan
rayuan “ kukku ruyuk”nya ( gombal versi ayam, begitu bunyinya), ayam betina itu
pura-pura lari seperti artis di film India, padahal itu hanyalah modus agar ia
di kejar. Ketika Bassank berhasil mengejar si ayam betina. Kawin lagi mereka.
Mengeram telur lagi si ayam betina. Dan untungnya lari padaku, berkat Bassank,
aku bisa makan telur dadar. Terima kasih Bassank, ayam yang cerdas. Tapi
mengapa nasibku ini tak seindah si Bassank. Apakah Bassank lebih keren dari
pada aku. Berarti aku, kalah pamor dengan ayam Bangkok kampung sekaliber
Bassank. Apakah se begitu prustasinya kah aku sehingga harus membandingkan
diriku dengan ayam kampung peliharaan sendiri. Aduh , ini efek cinta nomor dua.
Segalanya bisa membuat menjadi sangat aneh.”
Alasan nomor lima. Susunan dan
organisasi sistem syaraf hewan tidak sekompleks manusia sehingga dapat di
mengerti kalau perilaku hewan lebih banyak bersifat “innate behaviour” atau
perilaku bawaan sedangkan pada manusia sudah di kenal kemampuan analisa,
integrasi dan belajar. Kemampuan ini di anggap oleh para ahli di simpan dalam
DNA manusia yang daat mencapai berat molekul 10 pangkat 6; dan kalau di
perlukan akan di keluarkan dari simpanannya.
“ apakah Viora, sudah memakai DNA
molekul 10 pangkat enam itu. Maka ketika aku menyatakan cinta di hadapannya.
Maka aku di nilainya secara sistematis dari ujung kaki ke ujung kepala. Lalu
terscan “ produk gagal” sepertii barang yang di scan apakah halal atau tidak,
jika tidak maka di buanglah. Begitulah nasibku. Lalu dengan imutnya Viora
menolak dengan alasan, kita lebih baik berteman saja. catat, efek gagal cinta
nomor tiga, akan mengimajinasikan hal-hal yang melampaui diri. Jangan bilang ini
keren. Ini sungguh menyiksa. Karena bisa menjadi teranehkan secara membabi
buta.”
Alasan nomor enam, Keadaan alam ( bumi
) selalu berubah sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya organisme perlu
melakukan perubahan –perubahan yang bersifat adiftif terhadap alam.
“Baiklah kuhentikan sampai di sini
saja, teori yang terakhir ini sangat cocok untuk menjadi bahan motivasi, untuk
menjaga kelangsungan hatiku, agar tidak terjadi kontadiktif, dan jantungku
tidak terkena teori Willian Harvey tadi, jantungku dapat berfungsi kembali maka
aku harus berubah. Aku harus dapat menjadi laki-laki yang keren.”
Tapi kulanjutkan membaca buku biologi
itu, ada fakta yang mencengangkan. Pada waktu ini ilmu dan teknologi sebagai
hasil evolusi budaya, telah mencapai tingkat yang menakutkan. Hasil penemuan
berupa fusi dan fisi atom dapat menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi
ini.
“ tapi menurutku. Tak usah memakai Atom
untuk meng kiamatkan alam ini. Cukup buat semua manusia menjadi gagal cinta
sepertiku, alam ini nantinya akan angkat tangan dan minta izin untuk hancur.
Atau begitu Melihat semua manusia gagal cinta. Malaikat bisa ikut galau. Lalu
dia berusaha menghibur manusia dengan meniup terompet sangkakala sambil
menyanyikan lagu dangdut “bumi pun ikut menangis”. Alih –alih menghibur atau
membuat kita bergoyang seperti ketika nonton “Biduan Orkes dangdut”. Begitu
lagu habis. Judul lagu berganti “bumi pun ikut hancur”, inilah kiamat versi
orang yang lagi gagal cinta. Ah, catat juga efek gagal cinta nomor empat. bisa
mengarang cerita yang absurd.
Kubawa pulang lembaran itu. Dan di atas
kasur kamar tidur. Aku membacanya dalam-dalam. Menimbang pertanyaan dan
berusaha untuk menghadirkan antitesa. Tapi begitu sulit karena penjelasan dan
penimbangan yang kulakukan kelihatannya masuk akal. Tapi cinta itukan bukanlah
urusan akal. Logika seringkali mati di depan cinta. Nah di sinilah aku
membesarkan kepala. Sebesar nangka yang lagi masak di pohonya. Ah
ngomong-ngomong soal nangka. Aku baru ingat ada tugas dari kakek yang menunggu
di kebun.
Esok akan kumulai strategi, mendapatkan
hati Viora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar