Rabu, 28 Desember 2016

sejarah kabupaten indramayu

Sejarah Berdirinya Kabupaten Indramayu
Menurut Tim Panitia Peneliti Sejarah Kabupaten Indramayu bahwa hari jadi Indramayu jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527 M yang telah disahka pada sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu pada tanggal 24 Juni 1977 dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu Nomor 02 Tahun 1977 tentang Penetapan Hari Jadi Indramayu, dimana dalam Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa hari jadi Indramayu ditetapkan jatuh pada tanggal 7 (tujuh) Oktober 1527 M hari Jumat Kliwon tanggal 1 Muharam 934 H. Dalam menentukan hari jadi tersebut tim panitia peneliti sejarah Indramayu berpegang pada sebuah patokan peninggalan jaman dulu dan atas dasar beberapa fakta sejarah yang ada, yaitu prasasti, penulisan-penulisan masa lalu, benda-benda purbakala/benda pusaka, legenda rakyat serta tradisi yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
Proses Sejarah Berdirinya Kabupaten Indramayu
Sejarah-Kabupaten-Indramayu-dan-Nama-nama-Bupatinya-Dari-Masa-Ke-Masa
Raden Aria Wiralodra (Bupati Pertama Kadipaten/Kabupaten Indramayu)
Menurut cerita Babad Dermayu penghuni partama daerah Indramayu adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen Jawa Tengah putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat dan tapa brata.
Suatu saat Raden Wiralodra tapa brata dan semedi di perbukitan melaya di kaki gunung sumbing, setelah melampau masa tiga tahun ia mendapat wangsit “Hai wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah tiba disana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana, kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah disana”.
Singkat cerita dengan didampingi oleh Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana berangkatlah mereka ke arah barat untuk mencari sungai Cimanuk. Suatu senja sampailah mereka di sebuah sungai, Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk maka bermalamlah disitu dan ketika pagi hari bangun mereka melihat ada orang tua yang menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa maksud dan tujuan perjalanan mereka, namun orang tua itu berkata bahwa sungai tersebut bukan cimanuk karena cimanuk telah terlewat dan mereka harus balik lagi ke arah timur laut. Setelah barkata demikian orang tarsebut lenyap dan orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan tumenggung Sri Baduga yang hidup antara tahun 1474 - 1513.
Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melanjutkan perjalanan menuju timur laut dan setelah berhari-hari berjalan mereka melihat sungai besar, Wiralodra berharap sungai tersebut adalah Cimanuk, tiba-tiba dia melihat kebun yang indah namun pemilik kebun tersebut sangat congkak hingga Wiralodra tak kuasa mengendalikan emosinya ketika ia hendak membanting pemilik kebun itu, orang itu lenyap hanya ada suara “Hai cucuku Wiralodra ketahuilah bahwa hamba adalah Ki Sidum dan sungai ini adalah sungai Cipunegara, sekarang teruskanlah perjalanan kearah timur, manakala menjumpai seekor Kijang bermata berlian ikutilah dimana Kijang itu lenyap maka itulah sungai Cimanuk yang tuan cari.”.
Saat mereka melanjutkan perjalanan bertemulah dengan seorang wanita bernama Dewi Larawana yang memaksa untuk di persunting Wiralodra namun Wiralodra menolaknya hingga membuat gadis itu marah dan menyerangnya. Wiralodra mengelurkan Cakranya kearah Larawana, gadis itupun lenyap barsamaan dengan munculnya seekor Kijang. Wiralodra segera mengejar Kijang itu yang lari kearah timur, ketika Kijang itu lenyap tampaklah sebuah sungai besar. Karena kelelahan Wiralidra tertidur dan bermimpi bertemu Ki Sidum , dalam mimpinya itu Ki Sidum berkata bahwa inilah hutan Cimanuk yang kelak akan menjadi tempat bermukim.
Setelah ada kepastian lewat mimpinya Wiralodra dan Ki Tinggil membuat gubug dan membuka ladang, mereka menetap di sebelah barat ujung sungai Cimanuk. Pedukuhan Cimanuk makin hari makin banyak penghuninya. diantaranya seorang wanita cantik paripurna bernama Nyi Endang Darma. Karena kemahiran Nyi Endang dalam ilmu kanuragan telah mengundang Pangeran Guru dari Palembang yang datang ke lembah Cimanuk bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang Darma namun semua tewas dan dikuburkan di suatu tempat yang sekarang terkenal dengan “Makam Selawe”.
Untuk menyaksikan langsung kehebatan Nyi Endang Darma, Raden Wiralodra mengajak adu kesaktian dengan Nyi Endang Darma namun Nyi Endang Darma kewalahan menghadapi serangan Wiralodra maka dia meloncat terjun ke dalam Sungai Cimanuk dan mengakui kekalahannya. Wiralodra mengajak pulang Nyi Endang Darma untuk bersama-sama melanjutkan pembangunan pedukuhan namun Nyi Endang Darma tidak mau dan hanya berpesan, “Jika kelak tuan hendak memberi nama pedukuhan ini maka namakanlah dengan nama hamba, kiranya permohonan hamba ini tidak berlebihan karena hamba ikut andil dalam usaha membangun daerah ini”.
Untuk mengenang jasa orang yang telah ikut membangun pedukuhannya maka pedukuhan itu dinamakan “DARMA AYU” yang saat ini dikenal dengan nama “INDRAMAYU”.

Berdirinya pedukuhan Darma Ayu sendiri sampai saai ini belum diketahui jelas tanggal dan tahunnya. Namun berdasarkan fakta sejarah Tim Peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada jum’at kliwon, 1 sura 1449 atau 1 Muharam 934 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1527 M.
Bukti proses berdirinya Indramayu dari sumber lainnya
Cerita pedukuhan Darma Ayu adalah salah satu catatan sejarah daerah Indramayu namun ada beberapa catatan lainnya yang juga berkaitan dengan proses pertumbuhan daerah Indramayu antara lain:
a. Berita yang bersumber pada Babad Cirebon bahwa seorang saudagar China beragama islam bernama Ki Dampu Awang datang ke Cirebon pada tahun 1415. Ki Dampu Awang sampai di desa Junti dan hendak melamar Nyi Gedeng Junti namun ditolak oleh Ki Gedeng Junti, disini dapat disimpulkan bahwa Desa Junti sudah ada sejak tahun 1415 M .
b. Catatan dalam buku Purwaka Caruban Nagari mengenai adanya Desa Babadan, dimana pada tahun 1417 M Sunan Gunung Jati pernah datang ke Desa Babadan untuk mengislamkan Ki Gede Babadan bahkan menikah dengan puteri Ki Gede Babadan.
c. Di tengah kota Indramayu ada sebuah desa yang bernama Lemah Abang, nama itu ada kaitannya dengan nama salah seorang Wali Songo Syeikh Siti Jenar yang dikenal dengan nama Syeikh Lemah Abang, mungkin dimasa hidupnya (1450 - 1406) Syeikh Lemah Abang pernah tinggal di desa tersebut atau setidak-tidaknya dikunjungi olehnya untuk mengajarkan agama islam.
Setelah bangsa Portugis pada tahun 1511 menguasai Malaka antara 1513-1515 pemerintah Portugis mengirimkan Tom Pires ke Jawa. Dalam catatan harian Tom Pires terdapat data-data bahwa :
  • Tahun 1513-1515 pedukuhan Cimanuk sudah ada bahkan sudah mempunyai pelabuhan.
  • Pedukuhan Cimanuk ada dalam wilayah kerajaan sunda (Pajajaran).
Melihat bukti-bukti atau sumber di atas diperkirakan pada akhir abad XVI M daerah Indramayu sekarang atau sebagian dari padanya sudah dihuni manusia. *)
*) Sumber: Buku Sejarah Indramayu (cetakan ke 2) terbitan pemerintah Kabupaten DT II Indramayu
Ditemukannya Prasasti Aria Wiralodra

Sejarah-Kabupaten-Indramayu-dan-Nama-nama-Bupatinya-Dari-Masa-Ke-Masa
Prasasti Aria Wiralodra
Nanging Benjing Allah Nyukani
Kerahmatan Kang Linuwih
Darma Ayu Mulih Harja
Tan Ana Sawiji - wiji
Pertelane
Yen Wonten Taksana Nyabrang Kali Cimanuk
Sumur Kejayaan Deres Mili
Dlupak Murub Tanpa Patra
Sadaya Pan Mukti Malih
Somahan Lawan Prajurit
Rowang Lawan Priagung
Samya Tentram Atine
Sadaya Harta Tumuli
Ing Sekehing Negara Pada Raharja
Artinya :

Akan tetapi Allah melimpahkan
RahmatNya yang berlimpah
Darma Ayu kembali makmur tiada ada suatu hambatan
Tanda
Jika ada ular menyebrangi sungai cimanuk
Sumur kejayaan mengalir deras
Lampu menyala tanpa minyak
Semua hidup makmur
Bekerja sama dengan tentara
Membantu penguasa
Semua hidup aman dan tentram
Gemah ripah loh jinawi
Seluruh negara hidup makmur

Nama-nama Pemimpin Indramayu (Bupati) Dari Masa Ke Masa
1. Raden Singalodra ------> (WIRALODRA I)
2. Raden Wirapati ------> (WIRALODRA II)
3. Raden Sawedi ------> (WIRALODRA III)
4. Raden Banggala ------> (WIRALODRA IV)
5. Raden Banggali ------> (WIRALODRA V)
6. Raden Samaun ------> (WIRALODRA VI)
7. Raden Krestal ------> (WIRALODRA VII)
8. Raden Warngali
9. Raden Wiradibrata I
10. Raden T. Suraneggala
11. Raden Dilari (Purbadi Negara I) ------> 1900
12. Raden Rolat (Purbadi Negara II) ------> 1900 - 1917
13. Raden Sosrowardjoyo ------> 1917 - 1932
14. Raden AA. Moch. Soediono ------> 1933 - 1944
15. Dr. Raden Murdjani ------> 1944 - 1946
16. Raden Wiraatmaja ------> 1946 - 1947
17. M. I. Syafiuddin ------> 1947 - 1948
18. Raden Wachyu ------> 1949 - 1950
19. Tikol Al moch. Ichlas ------> 1950 - 1951
20. Tb. Moch. Cholil ------> 1951
21. Raden Djoko Said Prawirawidjoyo ------> 1952 - 1956
22. Raden Hasan Surya satjakusumah ------> 1956 - 1958
23. Raden Firman Ranuwidjoyo ------> 1958 - PJ
24. Entol Djunaedi Satiawiharja ------> 1958 - 1960
25. H. A. Dasuki ------> 1960 - 1965
26. M. Dirlam Sastro Mihardjo ------> 1965 - 1973
27. Raden Hadian Suria Adiningrat ------> 1974 - 1975
28. H. A. Djahari, SH ------> 1975 - 1985
29. H. Adang Suryana ------> 1985 - 1990
30. H. Ope Mustofa ------> 1990 - 2000
31. H. Irianto MS Syafiuddin ------> 2000 - 2010
32. Hj. Anna Sopanah ------> 2010 - 2015 (2015 - 2020)

sejarah filsafat

Sejarah filsafat barangkali sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Filsafat tidak bisa dipahami lepas dari sejarahnya. Filsafat muncul dan berkembang dalam historisitas. Sejarah filsafat merupakan panggung kontestasi filsafat yang darinya dinamika pengertian dan bisa jadi makna substantif filsafat pada akhirnya bisa garisbawahi.  Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengerti filsafat adalah dengan cara memahami dinamika maknanya dalam perkembangan sejarahnya. Tidak cukup mengetahui filsafat dari filosof, tetapi juga dari sejarah yang menjadi saksi dan sekaligus konteks bagi filsafat mementaskan dan juga menampakkan makna dirinya. Oleh karena itu pada bagian ini, disampaikan pengenalan awal tentang sejarah filsafat, kapan sebenarnya filsafat itu pertama kali muncul di planet biru ini, dan bagaimana mengerti secara filsafat dengan cara yang paling sederhana. Yang pertama akan dijelaskan dalam subjudul penyoalan asal-usul filsafat dalam makna hakikinya, dan yang kedua diurai di bawah subjudul periodesasi sejarah filsafat sebagai pendekatan penyederhanaan pemahaman sejarah filsafat. 
 
A.    Persoalan Asal-Usul Filsafat

Asal-usul filsafat, dalam pengertian cara-cara baru berpikir yang diberi nama filsafat pertama kali dibuat dan menjadi tradisi besar dan berpengaruh, mulai dari peradaban Yunani Kuno. Asal-usul filsafat dalam pengertian ini biasanya lebih tepat asal-usul filsafat Barat, yang bermula dari Yunani Kuno sekitar Abad ke-7 dan ke-6 SM ketika Anaximandros, Anaximenes, Thales dan lain sebagainya disebut-sebut sebagai pemikir-pemikir generasi awal yang disebut secara embrional dipandang sebagai cikal-bakal filsafat berawal dan tumbuh hingga dewasa ini. Pythagoras disebut-sebut sebagai pemikir pertama yang menyebut model berpikir Thales dan kawan-kawannya itu dengan filsafat. Tetapi jika dari sudut pandang cara-cara yang dipakai Thales dan kawan-kawan, yaitu cara dari dalam diri manusia memahami realitas atau alam, yang dipandang secara awal-mula filsafat, sebenarnya cara-cara berpikir yang mirip dengan mereka sudah ada jauh sebelumnya, misalnya di India.
Pada tahun 1500 – 700 SM, di India, di tengah-tengah usaha memahami realitas atau alam ini secara mistis dan religius, menurut Velasques, ada cara-cara baru dalam memahami realitas atau alam seperti bisa ditemui dalam himne-himne dalam Veda-veda karya para penulis dan pemikir India yang umumnya tidak diketahui. Cara-cara memahami realitas atau alam adalah upaya mendeskripsikan asal-usul alam semesta dalam istilah-istilah mistis, namun dalam saat yang sama juga menggambarkan cara-cara yang nonmistis dan dekat dengan terma-terma filsofis sebagaimana kita kenal sekarang, misalnya, tentang eksplanasi Yang Satu yang dipahami yang bukan eksistensi ataupun noneksistensi, yang tidak di bumi dan tidak dilangit, pendeknya yang takterbedakan dan taktergambarkan. Mereka berfilsafat tentang hakikat realitas mutlak. Dalam Uphanishad, tulisan-tulisan yang kemudian ditambahkan dalam Veda, kita bisa menemukan upaya-upaya pertma para pemikir India memahami realitas mutlak dalam terma-terma filsofis.[1]
Filsafat dalam pengertian hakikinya, tanpa harus bernama filsafat, yaitu sebagai upaya mengerti secara rasional tentang dunia luar dan dunia dalam manusia, barangkali tidak bisa hanya disebut bermula dari masyarakat India, Mesir, Yunani atau yang lainnya. Kata-kata yang bijak untuk mengatakan asal-usul filsafat yang sesungguhnya, tanpa terjebak pada istilah, adalah semenjak manusia itu ada. Sejak manusia ada, berfilsafat atau sebut saja berpikir mendalam dan mendasar mengenai realitas barangkali telah menjadi bagian dari hidup manusia itu, meski mungkin pengertian filsafatnya tidak sedalam yang bisa dimengerti orang di jaman sekarang. Tidak bijak kiranya mengatakan bahwa berfilsafat hanya mungkin dimengerti orang setelah sekian masa perjalanan umat manusia. Tidak bijak kalau kita bilang, orang-orang primitif tidak mungkin bisa berfilsafat, hanya orang setelah jaman filosof-filosof Yunani saja yang bisa berfilsafat. Berfilsafat adalah bagian cari cara hidup manusia dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya, dan awal-mula filsafat, dalam makna hakikinya tanpa melihat namanya karena sebelum ada nama filsafat orang sudah berfilsafat, adalah pertama kali manusia ada.
B.     Periodesasi Sejarah Filsafat sebagai Pendekatan Penyederhanaan Pemahaman Sejarah Filsafat
Penulisan sejarah ideal tentang sejarah filsafat mestinya mencakup seluruh pikiran semua filosof yang ada dalam sejarah hidup manusia. Jika mengikuti sejarah ideal tentang filsafat ini, tentu tulisan yang akan dihasilkan membutuhkan banyak waktu dan tidak cukup hanya ratusan atau ribuan jilid buku. Di antara mereka yang mencoba memasuki penulisan sejarah filsafat ideal ini adalah Copleston. Dia mencoba menulis tentang sejarah filsafat dari awal sejak filsafat pada masanya, dan hasilnya adalah buku sejarah filsafat yang berjumlah …. Jilid?
Dalam bagian ini kita hanya akan mencoba memahami sejarah filsafat dengan cara yang sangat sederhana dan serba ringkas, karena yang penting kita setidaknya bisa mengerti sejarah filsafat secara sekilas dengan karakter-karekter dasar berfilsafatnya. Salah satu cara melakukan penyederhanaan pemahaman tentang sejarah filsafat adalal melalui pendekatan periodisasi sejarah filsafat. Yang dimaksudkan pendekatan periodisasi sejarah filsafat adalah upaya menemukan ciri-ciri fundamental pemikiran filosofis yang sama dilakukan oleh para filosof dalam kurun waktu tertentu, dan di kurun waktu berikutnya bisa ditemukan tanda perubahan ciri-ciri fundamental pemikiran filsofis yang berbeda yang menunjukkan kontinuitas kritisnya terhadap kurun sebelumnya, demikian seterusnya. Kemudian masing-masing kurun yang menunjukkan kesamaan atau setidaknya kecenderungan berfilsafat yang sama diberi nama-nama yang membedakan periode pertama dengan periode-periode berikutnya.
Sejarah filsafat dengan penggunaan pendekatan periodisasi sejarah ini banyak dilakukan para penulis filsafat. Umumnya sejarah filsafat di bagi ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern. Munitz menyebut ada empat periode besar sejarah filsafat, yaitu periode klasik (ancient period), periode pertengahan (medieval  period), periode modern (modern  period), dan periode kontemporer (contemporary  period).[2] Tulisan ini akan menggunakan periodisasi Munitz tersebut dengan menambahkan satu periode lagi, yaitu periode sebelum periode klasik, yang disebut di sini periode pra-sejarah. Periode ini untuk membari pengakuan adanya eksistensi aktivitas berfilsafat yang tak pernah sampai kepada kita karena tidak ada peninggalan tertulisnya, atau secara singkat untuk memasukkan periode berfilsafat sebelum masa Yunani yang biasa disebut sebagai periode klasik.
1.      Filsafat dalam Periode Pra-Sejarah
Yang sampai pada kita tentang informasi historis mengenai filsafat dalam periode paling awal adalah dari tradisi Yunani Kuno, ketika Thales dan kawan-kawan mencoba menjawab misteri asal-usul alam semesta dengan cara-cara rasional yang kemudian tradisi berpikir ini oleh Pythagoras disebut ФіλοσοФіα atau Philosophia. Informasi ini sampai karena pikiran-pikiran mereka terekam dalam bentuk tulisan. Thales dan pemikir-pemikir semasanya waktu itu juga tidak pernah menyebut pemikirannya dengan filsafat, namun cara-cara berpikir mereka yang baru dalam mengerti dunia yang berbeda dengan cara-cara orang yang hanya mengerti dunia dengan mengikuti mitos-mitos yang ada ini oleh orang setelahnya dinamai aktivitas berpikir awal yang disebut filsafat.
Boleh jadi orang-orang yang berpikir seperti cara-cara berpikir Thales dan kawan-kawannya juga bisa ditemukan jauh sebelum Thales dan kawan-kawannya. Sayangnya, tidak ada jejak tertulis untuk mengenali tradisi berpikir orang-orang dulu jauh sebelum era Yunani Kuno yang pantas dipayungi dengan istilah filsafat. Untuk mengapresiasi mereka dalam periodisasi sejarah filsafat, mereka perlu diberi tempat masuk dalam periode sejarah filsafat pra-sejarah. 
2.      Filsafat dalam Periode Klasik
Periode klasik dari sejarah filsafat biasanya banyak disebutkan dimulai dari filosof-filosof pra-Socrates, seperti Thales, Anaximenes, Anaximander, Parmenides, Heraclitus,  Pythagoras, dan Democritos. Dari filosof-filosof pre-Socrates, kemudian diikuti filosof-filosof Yunani legendaris, seperti Socrates, Plato, Aristoteles. Setelah mereka, periode klasik sejarah filsafat diakhiri dengan serentetan filsafat mulai dari neoplaonisme, epicureanisme, skeptisisme, stoisisme, dan rumusan-rumusan paling awal dari pemikiran-pemikiran orang-orang Yahudi dan Kristen.[3]
Oleh karena itu, sejarah filsafat periode klasik, yaitu pada jaman Yunani Kuno, sering dalam literatur-literatur filsafat dibagi menjadi dua peiode. Ada yang menyebut Periode Klasik I dan Periode Klasik II, ada yang menamai Periode Yunani Kuno dan Yunani Setelah Klasik, dan lain sebagainya. Tulisan ini lebih suka menggunakan Yunani Periode Sebelum Socrates, Yunani Periode Trio Filosof Legendaris, dan Yunani Periode Setelah Trio Filosof Legendaris.
a.       Yunani Periode Sebelum Socrates (600-400 SM)
Zaman Yunani sebelum Socrates (600-400 SM) merupakan masa pertumbuhan pemikiran filosofis yang membedakan diri dari kondisi pada saat itu yang didominasi pemikiran-pemikiran mitologis. Para filosof cenderung menawarkan pemikiran rasional yang penuh dengan argumen logis yang sebelumnya menganggap bahwa alam tercipta karena adanya dewa Apollo, atau dewa-dewa yang ada di planet lain.
Argumen yang ditawarkan para filosof masa ini cenderung menganggap alam ini berasal dari air demikian dikemukakan oleh Thales (625-545 BC)[4]. Bahkan Thales menambahkan bahwa air adalah segala sesuatu, sebab air dibutuhkan oleh semua yang ada. Air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Air dapat berbentuk benda halus (uap), sebagai benda cair (air), sebagai benda keras (es). Air dapat diamati di mana-mana, di laut, di danau atau di tempat amndi bahkan di makanan sekalipun. Berbeda dengan Thales, Anaximandros (610-540 BC) mengatakan bahwa realitas terdasar bukanlah air melainkan to apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas. Sebab air masih ada lawannya adalah api. Api tidak mungkin berasal dari air. Oleh sebab itu to apeiron pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak terbatas. Alam terjadi dari to aperion disebabkan oleh adanya penceraian (ekliresis) dari yang tidak terbatas (to apeiron), dilepas unsur-unsur yang berlawanan seperti panas dan dingin, kering dan basah dan sebagainya, selain itu juga ada hukum keseimbangan. Anaximenes (538-480 BC) berpendapat lain bahwa alam ini berasal hawa dan udara. Heraklitos (540-475 BC) mengatakan bahwa segala sesuatu menjadi, segala yang ada bergerak terus menerus, bergerak secara abadi artinya perubahan adalah pangkal dari yang ada. Lain halnya Parmindes (540-475 BC) yang bertolak belakang dari Heraklitos.
Filosof-filosof awal pada periode ini mengenalkan suatu cara baru dalam memahami dunia di sekitarnya. Cara baru mereka adalah berpikir memahami dunia atau alam semesta dengan cara yang non-mitologis. Mereka menggunakan daya nalar rasional untuk menjelaskan alam semesta. Mereka tidak memahami alam dari luar diri manusia, seperti hanya mengambil jawaban dari mitos-mitos yang sudah ada, melainkan dari dalam diri manusia itu sendiri, yakni dengan menggunakan rasio atau akal manusia itu sendiri.
b.      Yunani Periode Trio Filosof Legendaris
Periode ini adalah masa yang terbentang antara 500-300 SM di Yunani Kuno. Era ini merupakan pola pemikiran Yunani Klasik yang sangat menonjol dari segi analisis rasionalnya. Era ini bersinar dan berpengaruh luas ke seluruh dunia karena pemikiran tiga filosof Yunani yang legendaris, yaitu Socrates (470-400 SM), Plato (428-348 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
Trio filosof besar diataslah yang banyak memberikan kontribusi besar terhadap dunia filsafat dan ilmu pengetahuan. Bahkan dapat dikatakan bahwa puncak filsafat Yunani dicapai pada zaman ini[5]. Banyak sekali temuan filosofis yang disumbangkan pada zaman ini antara lain Sokrates menyumbangkan tentang nilai kebaikan yang dicapai melalui pengetahuan tentang apa yang baik itu. Plato merupakan penggabung pemikiran Heraklitos dan Parminedes dan melahirkan tentang faham idealisme. Idealisme Plato menekankan tentang alam idea yang menjadi sumber dari yang tampak sebagai fenomena. Ia berkesimpulan sebenarnya realitas yang tampak itu secara empiris itu bukan merupakan realitas yang sesungguhnya. Realitas yang sesungguhnya adalah apa yang ada dibalik realitas yang tampak. Plato meyakini bahwa dalam pikiran manusia terdapat ide-ide bawaan. Ide-ide ini akan terpanggil kembali ketika melihat hal-hal, benda-benda, atau realitas yang bisa dipersepsi. Pengetahuan tidak lebih dari proses rekoleksi ide-ide yang telah ada secara bawaan melalui pengamatan terhadap benda-benda atau kejadian-kejadian empiris.
Berbeda dengan Plato yang berbicara tentang sesuatu yang ada secara hakiki dalam ide, Aristoteles murid dari Plato berseberangan dengan pandangan gurunya. Dia cenderung mengabaikan ide sebagai sesuatu yang ada secara sejati, dan mengatakan bahwa benda-benda dan kejadian-kejadian ada dan terjadi secara empiris yang bisa dilpersepsi merupakan realitas-realitas yang ada secara nyata, bukan fatamorgana. Dari pemikirannya ini lahir paham realisme. Realisme merupakan paham filsafat yang mengakui bahwa yang ada secara empiris adalah ada meskipun ia tidak dipersepsi atau dipikirkan, sebagaimana nyatanya pemikiran yang menghasilkan gagasan atau ide.
Ketiga tokoh inilah sebagai cikal bakal pengembangan ilmu pengetahuan, karena merekalah yang memulai berpikir mikrokosmos yakni memasuki alam dan seisinya termasuk manusia. Aristoteles membagi filsafat menjadi empat : Logika, Filsafat Teoritik : metafisika, fisika dan matematika, Filsafat Praktik : politik, ekonomi dan etika, serta Filsafat Poetika yakni estetika[6] . Inilah landasan ontologik ilmu pengetahuan dan sekaligus juga landasan epistimologik. Pandangan Aristoteles memetakan adanya konsep filsafat sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan.
c.       Yunani Periode Setelah Trio Filosof Legendaris.
Gagasan trio filosofis ini diteruskan oleh filosof-filosof berikutnya sebagai upaya meneruskan dan mengembangkan pemikiran mereka. Tercatat adanya Stoisisme berbicara tentang etika, juga Epikurisme tentang etika. Selanjutnya yang paling berpengaruh adalah Neo-Platonisme filosof dari Mesir yang bernama asli Plotenus (205-270 BC) yang merupakan pendukung Trio Filosof. Ia cenderung mengatakan bahwa seluruh kenyataan ini merupakan suatu proses emanisasi, yang berasal dari yang Esa. Yang Esa adalah sumber dari yang ada. Konsep ini banyak dikembangkan kedalam nilai-nilai dari doktrin agama. Sebab ada relevansinya dengan kaidah agama, untuk memperkuat doktrin agama digunakan argument akal seperti yang ada dalam pandangan Neo Platonisme. Jadi ilmu pengetahuan pada saat ini bukan hanya bergerak dari masalah makrokosmos ke mikroskosmos bahkan melampaui pada hal-hal yang berada pada masalah metafisik. Zaman ini berlangsung hingga awal abad pertama masehi.
Dilihat secara sederhana, secara umum filsafat di jaman Yunani sebagai awal mulainya filsafat secara akademik memiliki setidaknya karakter-karakter berpikir seperti dijelaskan di bawah ini:
a.       Pemahaman mitologis ke pemahaman rasional
Ciri mendasar dari filsafat pada awal kelahirannya di Yunani kuno adalah penggeseran cara memahami alam atau dunia dan realitas yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya dari cara pemahaman mitologis ke cara pemahaman rasional. Melawan tradisi memahami alam dan persoalannya “dari luar” manusia, yakni selalu merujuk pada kepercayaan-kepercayaan mitologis yang ada dalam masyarakat Yunani yang menyembah banyak dewa-dewi, para filosof awal mencoba untuk memahami alam dan persoalannya “dari dalam”, yakni dari kemampuan yang ada dalam diri manusia yang berupa akal.
Dengan percaya pada kemampuan rasio, mereka mencoba memberikan jawaban-jawaban spekulatif tentang asal-usul alam, tentang siapa manusia dan eksistensinya di tengah alam semesta. Pergeseran ke cara berpikir dan memahami dunia melalui kemampuan rasional manusia itu sendiri secara otonom dan independen tanpa hegemoni pengetahuan di luar manusia yang sudah ada menjadi ciri yang menonjol di periode klasik dalam sejarah filsafat ini. Munculnya cara baru ini menimbulkan ketegangan dan konflik antara masyarakat kelas dominan yang sarat dengan keyakinan mitologis-religius dan para pemikir dan kritikus yang dikenal sebagai filosof. Contoh nyata konflik ini adalah eksekusi mati filosof besar pertama Yunani, Socrates.
b.      Akal sebagai instrument otoritatif pemahaman
Para filosof awal Yunani mengenalkan bagaimana mereka memulai untuk mempercayai akal yang ada dalam diri manusia dalam memahami misteri kehidupan manusia. Akal menjadi instrumen otoritatif pemahaman manusia dalam menjawab persoalan-persoalan manusia dalam hubungannya dengan alam dan dunia di sekitarnya. Mereka lebih percaya pada kekuatan akal, bahkan Socrates sendiri meyakini dalam diri manusia terdapat kebenaran, yang ia bisa didorong termanifes keluar melalui proses dialektik, bertanya dan menjawab, bertanya dan menjawab demikian seterusnya sampai hakikat kebenaran bisa dimengerti.
Socrates menyebut cara ini dengan cara seperti seorang bidan yang membantu keluar bayi dari perut ibunya. Berpikir dialetik adalah cara membantu mengeluarkan kebenaran yang sudah ada dalam diri manusia, atau dalam akal manusia, yang kemudian cara akal menemukan kebenarannya sendiri ini populer dikenal dengan metode maieutik dialektis kritikal. Maieutika artinya kebidanan. Ibu Socrates berprofesi sebagai bidan, cara ibunya ini dipakainya untuk konteks pencarian kebenaran dalam dan melalui pikiran manusia. Dialektika berasal dari bahasa Yunani, dialegesthai yang berarti bercakap-cakap. Kritikal berarti mengajukan keberatan-keberatan yang dipandang ganjil, kontradiktif, dan tidak make sense atau masuk akal.
Dengan metode maieutik dialektis kritikal, dalam upaya menemukan hakikat kebenaran tentang sesuatu, Socrates melakukan percakapan dengan orang lain, bertanya untuk mendapatan jawaban, dan menyoal jawaban yang masih sulit untuk diterima dengan bertanya yang lebih dalam dengan berharap ada jawaban baru yang lebih bisa diterima akal, demikian seterusnya. Proses ini membantu manusia mengeluarkan kebenaran yang ada dalam jiwanya sendiri. Apa yang dilakukan Socrates yang terpenting yang perlu digarisbawahi adalah menempatkan akal sebagai alat otoritatif dalam menemukan kebenaran atau dalam memahami hakikat realitas. Cara ini telah menradisi sebelumnya dalam diri Thales, anaximenes, Pythagoras, dan lain sebagainya, dan semakin menguat sesudah Socrates.
c.       Kosmosentrisme otonom
Filsafat Yunani awal lebih banyak berupa upaya menjawab persoalan tentang alam semesta. Para filosof mencoba menjawab asal-usul alam, bahan terdasar yang darinya alam ini tersusun, apakah hakikat gerak itu sebagaimana mereka mengamatinya sebagai fenomena alam, dan seterusnya. Seperti telah dikatakan, mereka menjawab sepenuhnya bergantung pada kekuatan akal, bukan bergantung pada pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada dalam kepercayaan-kepercayaan mitologis masyarakatnya. Filsafat mereka bercorak sangat kosmosentris.
Coraknya secara lebih tepat disebut kosmosentrisme otonom. Kosmosentrisme karena berfilsafatnya berpusat pada persoalan alam semesta. Otonom karena dalam menjawab masalah-masalah tentang alam semesta para filosof menggunakan kekuatan pemahaman rasional dalam diri manusia, tidak mengambil pengetahuan yang sudah ada di luar pikiran manusia. Mereka berpikir independen dengan kekuatan akal manusia dalam memahami alam semesta.
3.      Filsafat dalam Periode Pertengahan
Periode pertengahan dari sejarah filsafat adalah periode antara Abad ke-8 sampai dengan Abad ke-15. Periode pertengahan biasanya memasukkan pemikiran filosof-filosof seperti St. Anselm, St. Thomas Aquinas, Duns Scotus, William of Ockham, Maimonide, dan termasuk para filosof muslim, seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rushd, dll.[7]
Zaman (abad) pertengahan dikenal sebagai abad keemasan bagi dunia Kristen dan dibalik itu dunia filsafat dan ilmu pengetahuan terjadi kemunduran (jumud) bahkan pada masa ini filsafat dan ilmu pengetahuan adalah identik dengan agama. Sebab agama (Kristen) yang bersifat dogmatik cenderung menolak keberadaan filsafat dan ilmu, dianggap gerejalah sebagai pusat kebenaran (The Trust is in The Church). Jadi ukuran kebenaran adalah apa yang menjadi keputusan gereja, gereja sangat otoriter dan otoritas gereja harus ditegakkan.
Ekses yang dirasakan pada saat ini adalah tidak adanya kebebasan berpikir seperti yang dialami pada masa Trio filosof dan hasilnya banyak para pemikir yang dijebloskan kedalam penjara seperti Galile Galilio, Cicero adalah ilmuan dan pemikir kondang pada saat itu dan tidak ketinggalan adalah Copernicus seorang astronom.
Sedemikian berkuasanya dan dominannya gereja maka masa ini dikenal juga sebagai zaman Patristik dan Skolastik. Disebut zaman Patristik diambil dari kata Patres artinya Bapa-Bapa Gereja, yang mana fase ini dikuasai oleh para teolog dan tokoh gerejani, seperti Augustinus (354-430 AC). Kemudian disebut Skolastik berarti guru[8], atau sarjana yang menjadi pengajar seperti Thomas van Aquinas (1225-1274 AC) dan Bonaventura (1217-1274 AC).
a.       Pemahaman rasional ke pemahaman dogmatis religius
Abad pertengahan sering disebut sebagai jaman agama-agama. Agama-agama telah menjadi cara pandang dunia manusia. Para filosof pada era ini memang tidak sepenuhnya menolak berpikir rasional, namun mereka tidak mempercayai kebenaran akal kecuali sejalan dengan dogma-dogma religius. Mereka menempatkan dogma religius lebih dulu daripada kebenaran rasional. Pemikiran rasional dalam periode Pertengahan dari sejarah filsafat tidak berjalan otonom dan independen, dan sebagai gantinya ia menjadi budak teologi. Salah satu karakter dasar dari filsafat Abad Tengah adalah ketiadaan kemandirian yang penuh dari akal, dia bekerja sebagai pembenar dogma-dogma agama. Pemikiran rasional digeser oleh pemahaman dogmatis religius. Sejarah telah memberitahu kita bagaimana kasus Galileo yang menyuarakan kembali teori astronomi heliosentrisme harus menghadapi hujatan dan ancaman Gereja yang menetapkan teori geosentrisme sebagai kebenaran dogmatis Gereja.
b.      Dogmatisme religius sebagai kebenaran otoritatif
Fakta rasio sebagai abdi dogmatisme teologis di Abad Pertengahan telah menempatkan dogmatisme religius sebagai sebagai kebenaran otoritatif. Kebenaran rasional yang dipandang tidak bisa dipegangi mendorong para filosof menggunakan akal sebagai alat pendukung dan justifikasi atas kebenaran dogmatisme religius yang telah ditetapkan oleh para otoritas religius. Berfilsafat pada era ini adalah berteologi. Kritik terhadap dogmatisme religius merupakan suatu kesalahan. Padahal boleh jadi agamanya sendiri belum tentu mengatakan seperti yang diberikan oleh hasil pemahaman religus, yakni suatu dogmatisme religus tertentu. Kritik akal terhadap teologi tidak harus dimengerti menentang kebenaran religius, melainkan bisa dimengerti sebagai pelurusan kesalahan pemahaman religius. Namun, dalam era ini, dogimatisme religius telah menjadi ukuran kebenaran yang harus diikuti. Ini merupakan kenyataan sejarah yang tak bisa diingkari pada sejarah filsafat dan Gereja di Abad Pertengahan.
  
c.       Teosentrisme dan kosmosentrisme heteronom
Filsafat Abad Pertengahan yang tabu melakukan kritik terhadap teologi atau dogmatisme religius yang dipegangi saat itu telah mendorong filsafat berkarakter pembenar teologi. Seluruh realitas dijelaskan dan dibenarkan oleh dogma-dogma agama, dan filsafat hanya berusaha menguatkan kebenaran dogma-dogma agama tersebut. Dogma-dogma religius diyakini sebagai benar yang tak boleh disalahkan karena datang dari Tuhan. Filsafat di era ini, oleh karenanya dicirikan secara fundamental dengan teosentrisme, karena pusat filsafat mereka adalah teologi. Mereka juga mencoba menjawab persoalan-persoalan terkait dengan alam semesta atau kosmos seperti para filosof Yunani, hanya saja cara filosof-filosof Abad Pertengahan menjawab persoalan-persoalan tersebut tidak menggunakan rasio secara independen seperti halnya para filosof Yunani, karena mereka menjawabnya dengan menggunakan dogma-dogma religius yang ada. Kosmosentrisme pada era ini bukan bersifat otonom, melainkan heteronom, yakni menjawab misteri alam dengan menggantungkan jawabannya pada jawaban yang sudah ada di dalam dogma-dogma agama.
4.      Filsafat dalam Periode Modern
Periode modern dari sejarah filsafat biasanya dimulai dari filosof-filosof pada Abad ke-16 sampai Abad ke-19. Periode modern mulai dari filosof-filosof Abad ke-16 seperti Francis Bacon dan Thomas Hobbes; kemudian filosof-filosof Abad- ke-17 seperti Rene Descartes, Baruch de Spinoza, dan Leibnizt; lalu filosof-filosof Abad ke-18 seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume, dan akhirnya filosof-filosof Abad ke-19, seperti Immanuel Kant, Hegel, Schopenhauer, dan Nietzsche.[9] 
Filsafat modern membalikkan paradigma filsafat abad tengah, skolastisisme. Karakter dari filsafat abad pertengahan memandang alam semesta dalam logika hirarkhi wujud atau konsepsi organis tentang alam semesta ini yang berujung pada Tuhan sebagai puncak dari hirarkhi ini. Segala penyingkapan pengetahuan dihubungkan dengan keberadaan Tuhan. Filosof-filosof modern tidak berarti menyalahkan begitu saja proses berfilsafat seperti ini, namun yang menjadi pertanyaan besar mereka adalah ketidakterbukaannya pada cara-cara objektif dalam melihat dan mengetahui alam dan kebebasan kritis manusia dalam mengupayakan kebenaran.
Francis Bacon, misalnya, di masa kemunduran filsafat abad pertengahan, mengritik cara-cara mengetahui yang mencampuradukkan gejala-gejala alam objektif dengan kepercayaan-kepercayaan mitologis dan religius. Cara-cara ini telah membengkokkan ilmu-ilmu perbintangan dan planet-planet yang seharusnya  berupa astronomi menjadi astrologi; ilmu-ilmu alam yang seharusnya dibangun pada penyelidikan empiris menjadi ilmu-ilmu alam magis. Francis Bacon menawarkan cara mengetahui alam dengan mengamati gejala-gejalanya secara induktif. Menemukan hukum-hukum alam dari alam itu sendiri, sehingga manusia bisa menguasai dan mengontrol alam; bukan memahami alam dengan mengkaitkan dengan cerita-cerita mitologis sehingga manusia di bawa pada ketakutan dan ketidakberdayaan pada alam.
Jika Francis Bacon bereaksi terhadap filsafat abad pertengahan dengan mengambil fokus pada cara-cara induktif mengetahui alam, Réné Descartes bereaksi dengan mengambil fokus pada ketiadaan kebebasan manusia dalam berpikir. Dalam memahami realitas manusia selalu dipaksa tunduk pada doktrin-doktrin pengetahuan yang sudah ada, dan seolah potensi pengetahuan dalam diri manusia sendiri tidak boleh diaktualisasikan berseberangan dengan teori-teori pengetahuan yang sudah ada. Rasionalismenya dengan slogan filosofisnya yang sangat terkenal, cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada, telah menggugah masyarakat Eropa waktu itu bahwa ada bergantung pada manusia itu sendiri selama dia mau berpikir. Sejak saat itu, subjektivisme menjadi ciri filsafat baru. Subjektivisme yang dimaksud adalah kesadaran baru bahwa manusia adalah subjek realitas atau pusat realitas, menggantikan Tuhan yang selalu menjadi pusat pembicaraan. Kebebasan berpikir berkembang dan karenanya humanisme, paham yang mencoba menggali pengertian manusia dan maksud menjadi manusia, berkembang pesat. Karena pikirannya inilah, kemudian Descartes disebut-sebut sebagai bapak filsafat modern. Sebenarnya, Francis Bacon pun pantas disebut sebagai filsafat modern dari segi tawaran barunya dalam mengerti alam yang bukan lagi dalam logika organisisme melainkan mekanisme; yakni dari memahami alam yang hanya sekedar berupa hubungan antar wujud-wujud yang digerakkan dan dihidupkan oleh Wujud Tertinggi berubah memahami alam dari alam secara objektif dengan mencari hukum-hukum dan mekanika-mekanika alam secara objektif yang ditemukan dengan cara-cara induktif.
Bocheński menggarisbawahi filsafat modern dua prinsip fundamental, yaitu mechanism dan subjectivism. Mekanisme sebagai prinsip dari filsafat modern adalah pemahaman alam sebagaimana diinginkan oleh Francis Bacon. Yang perlu dikembangkan manusia dalam memahami alam dengan paradigma mekanisme adalah tidak lagi memperpanjang cara mengetahui alam sebagai diciptakan dan dikuasai oleh Tuhan atau kekuatan-kekuatan mitologis dari kepercayaan-kepercayaan animistik, dan sebagai gantinya, mengatahui alam dengan melihat alam dari alam itu sendiri, belajar dari alam untuk mengerti hukum-hukum pastinya dan hidup dengannya. Subjektivisme yang dia maksudkan adalah pandangan yang mengalihkan manusia dari konsentrasi sebelumnya pada Tuhan dan menggantinya dengan manusia atau subjek sebagai pusat perhatiannya.[10]
Dengan mengamati karakter pokok dari filsafat modern yang lahir dari respon kritikal terhadap cara berfilsafat Abad Pertengahan, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dasar dari filsafat modern adalah sebagai berkut:
a.       Reformasi keagamaan
Filsafat modern tidak akan lahir jika tanpa ada gerakan internal keagamaan yang menentang hegemoni Gereja Abad Tengah. Dalam padangan para Kristiani yang melakukan gerakan protes keagamaan, Gereja tidak hanya bermasalah dengan kebebasan berpikir, kebebasan berpolitik, dan kebebasan berilmu pengetahuan, namun juga bermasalah dengan kemurnian agama Kristen itu sendiri. Gerakan protes keagamaan ini dikenal dengan gerakan reformasi keagamaan yang dipimpin oleh Martin Luther King. Inti dari gerakan ini adalah purifikasi keagamaan. Kristen telah dinodai oleh Gereja penguasa waktu itu. Mereka bermaksud membongkar borok-borok praktek keagamaan Gereja waktu itu yang menurut mereka telah menyimpang dari pesan substansial dari agam Kristen. Gerakan ini kemudian memuculkan aliran keagamaan baru yang dikenal dengan Kristen Protestan.
Kritik dan protes dari orang-orang beragama sendiri telah menggoyang hegemoni Gereja dari dalam. Gerakan reformasi keagamaan ini mengawali keruntuhan kekuasaan Gereja Abad Pertengahan yang sangat dominan. Gerakan kritik dan protes ini memberi dorongan yang kuat bagi komunitas lain selain agamawan, yaitu filosof, seniman, dan ilmuwan.
b.      Kebebasan ekspresi kreasi manusia dengan mengabaikan tabu-tabu yang menyelimuti perkembangan pemikiran manusia
c.       Meningkatnya otoritas Ilmu (science) 
d.      Pergeseran otoritas pemerintahan: Negara-bangsa menggantikan gereja
e.       Pergeseran paradigma sosial: Feodalisme ke kapitalisme/labour intensive to capital intensive
f.       Humanisme liberal/manusia sebagai fokus sentral/antroposentrisme
g.      Akal mengkondisikan segala sesuatu/Akal sbg instrument objektivasi realitas/uniformisasi-homogenisasi nalar & nilai
5.      Filsafat dalam Periode Kontemporer
a.       Agama, ilmu, dan sumber pengetahuan lain: masalah diversitas epistemologi
b.      Kebebasan ekspresi kreasi manusia dengan mempertimbangkan nilai lingkungan dan tradisi
c.       Paradigma interkoneksitas antara Agama, ilmu (science), dan sumber pengetahuan lain  
d.      Dari nalar objektivisme-justifikatif ke nalar kritis-komunikatif
e.       Akal dikondisikan segala sesuatu/Akal sbg instrument pemahaman tidak terlepas atau terkondisikan oleh realitas/diversitas-pluralitas  nalar & nilai
f.       Pergeseran sosial politik: Monokultulaisme ke multikulturalisme/nasionalisme ke internasionalisme


[1] Manuel Velasquez, Philosophy A Text with Readings, 7th ed. (Belmont, Albany, Bonn, Boston dst: Wadsworth Publishing Company, an International Thomson Publishing Company, 1999), 44-45.
[2] Milton K. Munitz, Contemporary Analitic Philosophy (New York: Macmillan Publishing Co., Inc., 1981), 1.
[3] Milton K. Munitz, Contemporary Analitic Philosophy, 1.
[4] Harun Hadiwjono, Sari Filsafat Barat I, (Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 1980), 16.
[5] Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1981), 36.
[6] Lihat Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat (Jakarta : Penerbit Widjaja, 1981), 12.
[7] Milton K. Munitz, Contemporary Analitic Philosophy,1
[8] Lihat Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat …, 38-39.
[9] Milton K. Munitz, Contemporary Analitic Philosophy, 1
[10] I. M. Bocheńsky, Contemporary Eurepean Philosophy, trans. Donald Nicoll and Karl Aschenbrenner (Berkeley and Los Angeles: the University of California Press, 1957), 2.

sttus buat ngopi di pagi hari

Kumpulan Kata Bijak Tentang Kopi – Kopi selain terdapat kenikmatan saat meminumnya, di dalam kopi juga terdapat beberapa filosofi kehidupan, forumpenikmatkopi.com akan memberikan beberapa filosofi kehidupan yang saya tuangkan kedalam kata kata mutiara tentang kopi. Dengan demikian saya berharap agar anda dapat mengambil pelajaran hidup dari hal-hal yang sederhana namun luar biasa.
Kata Bijak Tentang Kopi
Kata Bijak Tentang Kopi

Kumpulan Kata Kata Mutiara tentang Kopi Terbaru

Hidup itu seperti secangkir kopi kadang terasa manis dan kadang ada juga yang terasa pahit.
Jalanilah kehidupan seperti menikmati secangkir kopi, minumlah secara perlahan dan nikmatilah semua yang dapat di nikmati, maka kau akan mengetahui apa yang sedang terjadi.
Kopi itu terbagi kedalam dua macam yaitu, kopi dengan kualitas baik (kopi arabika) dan kopi dengan kualitas sedang (kopi robusta) begitu juga dengan hidup ini ada orang yang menjalaninya dengan baik dan ada juga orang yang menjalaninya dengan biasa-biasa saja, tinggal kita mau memilih yang mana.
Kopi itu nikmat bila di nikmati selagi panas namun jangan terburu-buru dalam meminumnya karena kau akan terluka, dan hidup itu akan nikmat bila kita mengerjakan segala sesuatu dengan lugas namun jangan terburu nafsu karena nantinya kau akan kecewa.
Kopi itu ada yang berwarna hitam dan berwarna putih namun tetap saja itu adalah kopi, begitu juga manusia ada yang berkulit hitam dan berkulit putih namun mereka juga sama-sama manusia lalu kenapa kita harus merasa beda bila kita sama-sama masih manusia.
Jalanilah hidupmu sepertihalnya menghabiskan secangkir kopi nikmati pelan-pelan sampai kau merasakan kenikmatan dari menghabiskanya, jalanilah hidupmu secara perlahan hingga kau tau kenapa kau harus menjalaninya.
Jangan terburu-buru dalam menjalani sesuatu nikmati saja apa yang ada, seperti halnya meminum kopi.
Kita tak akan mungkin lupa rasa pahit secangkir kopi, seperti halnya cinta yg tak pernah lupa bagaimana rasanya dilukai.

Kumpulan Status Twitter Raditya Dika Tentang Kopi

Kopi pertama pagi ini. Semanis rindu yang tumpah sepanjang hari dari awal bangun tidur.
Kopi pertama pagi ini. Sepahit cinta yang terlalu kerdil untuk dianggap.
Kopi pertama pagi ini. Sehitam malam. Semanis cemburu.
Kopi pertama hari ini. Semanis ucapan “selamat tidur” dari yang tersayang, di ujung setiap malam.
Kopi pertama hari ini. Sepahit kesalahan masa lalu. Semanis pelajaran yang dibawanya.
Kopi pertama pagi ini. Sehitam pupil mata dua orang yg tidak sengaja beradu. Semanis senyum yg menyusul sesudahnya, tanpa aba-aba.
Kopi pertama pagi ini. Semanis kata “kangen” yang masih malu-malu untuk diucapkan.
Kopi pertama pagi ini. Semanis telepon pertama sebelum tiba cinta. Sepahit kata perpisahan terakhir setelah patah hati.
Kopi pertama pagi ini. Sehitam bayangan dua orang, di bawah rindu yang menyala.
Kopi pertama pagi ini. Perlahan terasa manis. Seperti rindu yang muncul tanpa dipaksa, semakin hari semakin pekat.
Kopi pertama hari ini. Pas. Seperti cinta yang tidak banyak meminta.
Kopi pertama pagi ini. Samar-samar terasa pahit. Seperti rindu yang pecicilan, di pagi pertama setelah putus cinta.
Kopi pertama pagi ini. Pahit-manis. Seperti kata sayang terakhir dari dua orang yang saling berpisah jalan.
Kopi pertama pagi ini. Manis bila diaduk. Seperti dua orang sahabat yg sama2 menyimpan cinta, sama-sama tidak tahu.
Kopi pertama pagi ini. Pahit. Seperti dua orang yang terlambat dipertemukan, lalu sama-sama saling melewatkan.
Kopi pertama hari ini. Manis, seperti cinta yang sabar menunggu.
Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti selingkuh tanpa tanda bahaya.
Kopi pertama hari ini. Pahit-manis. Seperti jatuh cinta sendirian.
Kopi pertama pagi ini. Penuh ampas di dasar gelas. Seperti dua orang sahabat yg diam-diam saling menyimpan cinta.
Kopi pertama pagi ini. Hitam, habis terlalu cepat. Seperti ditinggalkan yg tercinta, tanpa tanda bahaya.
Kopi pertama pagi ini. Harum, hitam. Seperti aromamu, di pertemuan kita yang tak sengaja, pada malam yang tak biasa.
Kopi pertama hari ini. Hitam, terlambat diminum. Seperti cinta yg terlalu lama untuk diucapkan, lalu hilang ke orang yg lain.
Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti siluet wajahmu yg tertidur di bahuku, pada sebuah perjalanan.
Kopi pertama di bulan Maret. Pahit, seperti ketakutan-ketakutan yg menyertai hubungan yg baru. Manis, seperti melaluinya tanpa ragu.
Kopi pertama pagi ini. Manis, tidak ingin habis. Seperti denganmu.
Kopi pertama pagi ini. Semakin pahit diteguk. Seperti kangen yg semakin tidak tuntas, semakin menyebalkan.
Kopi pertama pagi ini. Harum. Seperti wangimu yg tertinggal di ujung hidung dan kunjung hilang.
Kopi pertama pagi ini. Terlalu siang untuk diseduh. -_-
Kopi pertama pagi ini. Dingin dan hambar. Seperti tanpa kasih sayang, di hari kasih sayang.
Kopi pertama pagi ini. Manis, walaupun diminum terlalu siang. Seperti cinta yg menunggu waktu yg tepat.
Kopi pertama pagi ini. Terlalu manis. Seperti dua orang yg sedang melakukan pendekatan, dengan penuh kepalsuan.
Kopi pertama pagi ini. Cukup manis, cukup pahit. Seperti cinta yg tidak banyak meminta.
Kopi pertama pagi ini. Penuh ampas. Seperti pagi pertama setelah putus cinta.
Kopi pertama pagi ini. Satu rasa, setiap hari. Seperti tahu saatnya berhenti mencari.
Kopi pertama pagi ini. Manis, seperti pertemuan setelah penantian panjang. Pahit, seperti perpisahan yang terlalu terburu-buru.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, tertutup manis. seperti dua orang yang terlalu cinta, lalu saling mengucap janji yang tak mungkin terpenuhi.
Kopi pertama pagi ini. Dingin. Seperti ditinggalkan orang yang tepat, karena sibuk mencoba yg lain di saat bersamaan.
Kopi pertama pagi ini. Tidak cukup manis. Seperti cinta yang terlalu mungil untuk diucapkan.
Kopi pertama pagi ini. Luber. Seperti cinta yang datang di hati yang tidak terlalu lapang.
Kopi pertama pagi ini. Manis setelah diaduk. Seperti cinta yang tersembunyi, di orang yang tidak pernah disangka-sangka.
Kopi pertama hari ini. Tumpah. Seperti rindu yang terlalu rewel.
Kopi pertama pagi ini. Manis, tertutup pahit. Seperti dua orang yang berpura-pura tidak saling cinta, karena bosan kecewa.
Kopi pertama pagi ini. Manis di awal, lalu pahit hingga habis. Seperti seseorang yang dibuat jatuh cinta, lalu ditinggalkan.
Kopi pertama pagi ini. Manis, terlalu cepat dingin. Seperti dua orang yang mulai saling kenal. Lalu salah satu mundur di tengah jalan.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti kenangan lama yang tak sengaja mampir.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yang terlalu cepat selesai.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Nikmatnya.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan terpendam. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama saling bosan.
Kopi pertama pagi ini. Manis, kental, dan harum. Seperti rindu yang tidak kunjung selesai.
Kopi pertama hari ini. Manis, membekas, bikin deg-degan. Seperti dua orang yang saling menemukan, satu sama lain.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, gelap, pekat. Seperti dosa yang ditutupi dengan rapi.
Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan.
Kopi pertama pagi ini. Hitam, pahit, dan penuh ampas. Seperti penolakan yang tidak tega untuk disampaikan.
Kopi pertama pagi ini. Manis, hangat, pekat. Seperti dua orang yang garis hidupnya bersinggungan, oleh sebuah kebetulan.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, hambar, penuh ampas. Seperti pasangan yang sudah tdk cocok tp memaksa untuk cocok, karena takut sendirian lagi.
Kopi pertama pagi ini. Manis, harum, senyap. Seperti dua orang yg saling menunggu kata cinta, tapi tidak ada yang berani mengucapkan.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, penuh ampas. Seperti jatuh cinta tapi tak dianggap.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, pekat, bersisa. Seperti ditinggalkan seseorang, tanpa kata maaf.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, tersamar manis. Seperti seseorang yang kesulitan membedakan jatuh cinta dgn rasa penasaran.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, tanpa rasa lain. Seperti seseorang yg menghabiskan masa mudanya mencintai orang yang salah.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, ada rindu yang mengampas. Manis, ada cinta yang diteguk tanpa terburu-buru.
Kopi pertama hari ini. Hitam, pahit, membekas. Seperti bayangan masa lalu yang tidak cukup buram untuk diabaikan.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, manis, hangat. Seperti dua orang yg bertemu di saat yang salah, lalu saling melewatkan.
Kopi pertama pagi ini. Manis, harum, hangat. Seperti tidak sengaja melamunkanmu di tengah perjalanan.
Kopi pertama pagi ini. Manis, hangat, pekat. Seperti cinta yang tumbuh tanpa permisi.
Kopi pertama hari ini. Manis, kental, harum. Seperti cinta yang semakin ditahan, semakin sengit.
Kopi pertama hari ini. Hangat. Seperti rindu yang sabar menunggu.
Kopi pertama hari ini. Hangat, manis. Seperti cinta yang datang tanpa tanda-tanda, di antara dua orang asing, pada sebuah kebetulan.
Kopi pertama pagi ini. Dingin. Seperti hujan yang membawa kenangan lama mampir.
Kopi pertama pagi ini. Dingin, terlalu siang untuk diminum. Seperti cinta yang terlambat dipertemukan.
Kopi pertama pagi ini. Keras. Seperti cinta yang semakin ditahan, semakin sengit.
Kopi pertama pagi ini. Pahit, semakin lama semakin manis. Seperti dua orang yang awalnya saling benci, lalu sama2 tak sengaja jatuh cinta.
Kopi pertama pagi ini, manis dan dingin. Seperti wajahmu di sela lamunan, pada sebuah hujan.
Kopi pertama hari ini. Gelap, hangat, tidak ingin habis. Seperti hening yang kita bagi, tiap perjalanan pulang ke rumahmu.

kumpulan motivasi para filsuf


Filsuf adalah tokoh pemikir bidang filsafat. Yang tentunya ilmu filsafat adalah ilmu yang mencari sedekat mungkin dengan kebenaran dengan melalui berbagai metode berpikir. Yuk kita simak saja beberapa kalimat motivasi, kalimat mutiara nan bijak dari para filsuf terkenal dunia yang mempunyai arti makna yang mendalam:


ARISTOTELES | FILSUF YUNANI
  1. "Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan dan eudaimonia"
  2. "Saat dunia membutuhkan, dan bakat Anda mampu memenuhinya, di sanalah lapangan kerja tercipta".
  3. "Anda takkan pernah melakukan segalanya di dunia ini tanpa adanya keberanian. Itu adalah kualitas terbesar dari pemikiran setelah kehormatan" 
  4.  “Kualitas bukanlah tindakan, tapi kebiasaan” 
  5.  “Janganlah berputus asa. Tetapi jika anda sampai berputus asa, berjuanglah terus meskipun dalam keadaan putus asa”
  6. “Setiap orang bisa menjadi marah, itu adalah hal yang mudah, tetapi menjadi marah kepada orang yang tepat, dengan kadar yang tepat, di saat yang tepat, dengan tujuan yang tepat serta dengan cara yang tepat, bukanlah kemampuan setiap orang dan bukanlah hal yang mudah”
  7. Anda takkan pernah melakukan segalanya di dunia ini tanpa adanya keberanian. Itu adalah kualitas terbesar dari pemikiran setelah kehormatan
CONFUCIUS | FILSUF CHINA
  1. "Seseorang yang melakukan kesalahan dan tidak membetulkannya telah melakukan satu kesalahan lagi. Confucius"
KARL HEINRICH MARX | FILSUF RUSIA
  1. "Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan dunia.Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia"
LAO TZU | FILSUF CHINA
  1. Lebih baik bertanya sepuluh kali dari pada tersesat.
  2. Memahami orang lain adalah kearifan, memahami diri Anda sendiri adalah pencerahan
  3. Ketenangan adalah sumber kekuatan yang luar biasa.
  4. Dicintai dengan tulus oleh seseorang memberimu kekuatan, mencintai seseorang dengan tulus memberimu keberanian.
PHYTAGORAS | FILSUF YUNANI
  1. "Pukulan dari sahabatmu lebih baik dari pada ciuman dari musuhmu".
PLATO | FILSUF YUNANI
  1. Orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja.
  2. Orang baik tidak memerlukan hukum untuk memerintah mereka agar bertindak penuh tanggung jawab, sementara orang jahat akan selalu menemukan celah di sekitar hukum. 
SOCRATES |  FILSUF YUNANI
  1. Cobalah dulu,baru cerita. Pahamilah dulu,baru menjawab. Pikirlah dulu,baru berkata.Dengarlah dulu,baru beri penilaian .Berusahalah dulu,baru berhara.
THALES | FILSUF YUNANI
  1. Apabila kamu menasihati orang yang bersalah maka berlemah lembutlah agar dia tidak merasa di telanjangi
 IMAM GHOZALI | FILSUF MUSLIM
  1. Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.
  2. Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka.
  3. Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.
  4. Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari,maka payah melaluinya, panjang jalannya dan banyak rintangannya. 
  5. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.
GOETHE | FILSUF JERMAN
  1. Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terbentuk dalam riak besar kehidupan. 
GEORG WILHELM FRIEDRICH HEGEL | FILSUF JERMAN
  1. Pekerjaan yang serius adalah pekerjaan yang merujuk kepada sesuatu yang diinginkan.
  2. Semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil
CHARLES DE MONTESQUIEU | FILSUF PERANCIS
  1. Untuk benar-benar menjadi besar, seseorang harus berdampingan dengan orang lain, bukan di atas orang lain.
MAHATMA GANDHI | FILSUF INDIA
  1. Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar.
FRIEDRICH NIETZSCHE | FILSUF JERMAN
  1. Saya tidak sedih kalau Anda telah membohongi saya, tapi saya justru sedih karena sejak saat itu saya tidak bisa percaya lagi kepada Anda
PAUL TILLICH | FILSUF AMERIKA SERIKAT
  1. Mereka yang berani mengambil risiko kemudian gagal, itu bisa dimaafkan. Mereka yang tak pernah mengambil risiko dan tak pernah gagal, ini adalah kesalahan manusia sepanjang hidupnya. 
PHAEDRUS | FILSUF ROMAWI
  1. Siapa pun yang terdeteksi melakukan kecurangan yang memalukan tidak akan pernah dipercaya meskipun mereka berbicara tentang kebenara. 
BENJAMIN FRANKLIN | FILSUF AMERIKA SERIKAT
  1. Lebih cepat tidur dan bangun lebih awal membuat manusia sehat, kaya, dan bijaksana.
VOLTAIRE | FILSUF PERANCIS
  1. Semua manusia sama; yang membedakan bukan keturunannya, tapi kebaikannya
  2. Saya tidak setuju dengan kata-kata Anda, namun saya akan membela sampai mati hak Anda untuk mengatakan hal itu. 
FRIEDRICH ENGELS | FILSUF JERMAN
  1. Satu ons aksi lebih berharga daripada satu ton teori
HERBERT SPENCER | FILSUF INGGRIS
  1. Tujuan besar dari pendidikan bukan pengetahuan, tapi tindakan (aksi).
ARTHUR SCHOPENHAUER | FILSUF JERMAN
  1. Semua kebenaran di dunia ini harus melewati tiga langkah. Pertama ditertawakan, kedua ditentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa pembuktian dan alasan
JIDDU KRISHNAMURTI | FILSUF INDIA
  1. Jika kita benar-benar bisa memahami persoalan, jawabannya akan datang sendiri, sebab jawaban tidak pernah terpisahkan dari persoalan.
LAO TSE | FILSUF CHINA
  1. Dia yang mengenal orang lain adalah bijaksana. Dia yang mengenal dirinya sendiri adalah terang. Dia yang dapat mengalahkan orang lain adalah bertenaga. Dia yang dapat mengalahkan dirinya sendiri adalah kuat. Dia yang merasa puas adalah orang yang kaya
  2. Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil 
Nah itu tadi Kumpulan Kalimat Motivasi dari Para Filsuf Lengkap Terbaru 2016. Mana kalimat bijak filsuf favorit kamu?

Sekian dulu update informasi kali ini semoga bermanfaat. Salam.